Beranda | Artikel
Hakikat dan Keutamaan Tauhid
Kamis, 13 Desember 2012

Tauhid adalah beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dalam beribadah dengan sesuatu apapun. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. an-Nisaa’: 36)

Mengakui Allah Sebagai Pencipta Tidak Cukup

Tauhid bukanlah sekedar pengakuan bahwa Allah sebagai satu-satunya pencipta dan penguasa alam semesta. Pengakuan semacam itu belum memasukkan orang ke dalam golongan kaum yang bertauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Tentu mereka akan menjawab, ‘Yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui’.” (QS. az-Zukhruf: 9)

Begitu pula keyakinan bahwa Allah satu-satunya yang memberikan rizki, yang mematikan dan menghidupkan, yang mengatur segala urusan. Inipun belum cukup membuat orang dikatakan sebagai kaum yang bertauhid. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan, siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, siapakah yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan. Niscaya mereka akan menjawab, Allah. Maka katakanlah: Lalu mengapa kalian tidak bertakwa.” (QS. Yunus: 31)

Hanya Allah Yang Berhak Disembah

Karena hanya Allah yang menciptakan maka hanya Allah pula yang berhak untuk disembah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sembahlah Rabb kalian, yaitu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 21)

Ibadah adalah hak Allah semata, tidak ada yang berhak menerimanya kecuali Dia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab dengan benar, maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya agama yang murni itu merupakan hak Allah.” (QS. az-Zumar: 2-3).

Segala bentuk ibadah hanya boleh ditujukan kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah maka janganlah kalian berdoa kepada siapapun bersama -doa kalian kepada- Allah.” (QS. al-Jin: 18). Syaikh Shalih as-Suhaimi hafizhahullah menjelaskan, “Artinya janganlah kalian beribadah kepada siapapun selain kepada-Nya.” (lihat transkrip Syarh Tsalatsat al-Ushul)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah atas hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Adapun hak hamba atas Allah ‘azza wa jalla adalah Dia tidak akan mengazab orang-orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 30)

Tidak Diterima Ibadah Tanpa Tauhid

Beribadah kepada Allah tanpa tauhid adalah amalan yang tidak akan diterima di sisi-Nya. Allah ta’ala berfirman mengenai orang kafir/musyrik (yang artinya), “Dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah.” (QS. al-Kafirun: 3). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Maknanya; Kalian tidak beribadah sebagaimana ibadahku. Karena ibadah kalian dibangun di atas kesyirikan, oleh sebab itu ia bukan termasuk ibadah/penyembahan kepada Allah.” (lihat al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya dia mempersekutukan selain-Ku bersama dengan diri-Ku maka akan Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.’.” (HR. Muslim no. 2985)

Syaikh Muhammad at-Tamimi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwa ibadah tidaklah disebut dengan ibadah kecuali jika bersama dengan tauhid. Sebagaimana sholat tidak disebut sholat kecuali jika bersama dengan thaharah. Apabila syirik memasuki ibadah maka rusaklah ia, sebagaimana hadats yang menimpa pada orang yang telah bersuci.” (lihat al-Qawa’id al-Arba’).

Tauhid Cabang Keimanan Yang Tertinggi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35, lafal ini milik Muslim)

Tauhid Muatan Dakwah Islam Yang Paling Utama

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma mengatakan: Ketika mengutus Mu’adz menuju Yaman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Sesungguhnya kamu akan menjumpai suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab. Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka adalah supaya mereka mentauhidkan Allah ta’ala…” (HR. Bukhari no. 7372)

Tauhid Pondasi Agama

Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: tauhid kepada Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji.” (HR. Muslim no. 16).

Tauhid Intisari Dakwah Para Nabi dan Rasul

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus seorang pun rasul sebelum engkau -wahai Muhammad- melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sesembahan -yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiyaa’: 25).

Tauhid Hakikat Ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah, ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya; Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala sesembahan kalian kecuali Dzat Yang telah menciptakan diriku, karena Dia akan memberikan petunjuk kepadaku.” (QS. az-Zukhruf: 26-27).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada teladan yang baik untuk kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya, Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian, dan telah jelas antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya, sampai kalian mau beriman kepada Allah saja…” (QS. al-Mumtahanah: 4).

Tauhid Syarat Utama Untuk Meraih Keamanan dan Hidayah

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata: Ketika turun ayat “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (yaitu syirik), mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.” (QS. al-An’aam: 82). Hal itu terasa berat bagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengadu, “Siapakah diantara kami ini yang tidak menzalimi dirinya sendiri?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidak seperti yang kalian sangka. Sesungguhnya maksudnya adalah seperti yang dikatakan Luqman kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13).” (HR. Bukhari no. 32 dan Muslim no. 124)

Tauhid Kunci Surga

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, niscaya dia masuk neraka.” Dan aku -Ibnu Mas’ud- berkata, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia pasti masuk surga.” (HR. Bukhari no. 1238 dan Muslim no. 92)

Tauhid Sebab Utama Turunnya Ampunan Allah

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540 dan dihasankan olehnya, disahihkan Syaikh al-Albani)

Semoga Allah menghidupkan kita di atas tauhid dan mematikan kita di atasnya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. 


Artikel asli: http://abumushlih.com/hakikat-dan-keutamaan-tauhid-2.html/